Pada hari pernikahanku, aku membopong istriku. Mobil pengantin berhenti
didepan flat kami yang cuma berkamar satu. Sahabat-sahabatku
menyuruhku
untuk membopongnya begitu keluar dari mobil. Jadi kubopong ia memasuki
rumah
kami. Ia kelihatan malu-malu. Aku adalah seorang pengantin pria yang
sangat bahagia.
Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu.
Hari-hari selanjutnya berlalu demikian simpel seperti secangkir air
bening.
Kami mempunyai seorang anak, saya terjun ke dunia usaha dan berusaha
untuk menghasilkan banyak uang. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan
kasih
diantara kami pun semakin surut. Ia adalah pegawai sipil. Setiap pagi
kami
berangkat kerja bersama-sama dan sampai dirumah juga pada waktu yang
bersamaan.
Anak kami sedang belajar di luar negeri. Perkawinan kami
kelihatan
bahagia.
Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan yang tidak
kusangka-sangka.
Dew hadir dalam kehidupanku.
Waktu itu adalah hari yang cerah.
Aku berdiri di balkon dengan Dew yang
sedang merangkulku. Hatiku sekali lagi terbenam dalam aliran cintanya.
Ini adalah apartment yang kubelikan untuknya. Dew berkata ,
"Kamu adalah jenis pria terbaik yang menarik para gadis.
" Kata-katanya tiba-tiba mengingatkanku pada istriku. Ketika kami
baru menikah,istriku pernah berkata,
"Pria sepertimu,begitusuk ses, akan menjadi sangat menarik bagi para
gadis."
Berpikir tentang ini, Aku menjadi ragu- ragu. Aku tahu kalo aku telah
menghianati istriku.
Tapi aku tidak sanggup menghentikannya. Aku melepaskan tangan Dew dan
berka ta,
"Kamu harus pergi membeli beberapa perabot, O.K.?.Aku ada sedikit
urusan
dikantor
" Kelihatan ia jadi tidak senang karena aku telah berjanji
menemaninya.
Pada saat tersebut, ide perceraian menjadi semakin jelas dipikiranku
walaupun
kelihatan tidak mungkin.
Bagaimanapun, aku merasa sangat sulit untuk
membicarakan hal ini pada istriku. Walau bagaimanapun ku jelaskan,
ia pasti akan sangat terluka. Sejujurnya,ia adalah seorang istri yang
baik.
Setiap malam ia sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk santai didepan
TV.
Makan malam segera tersedia. Lalu kami akan menonton TV sama-sama. Atau
aku
akan menghidupkan komputer,membayangkan tubuh Dew. Ini adalah hiburan
bagiku.
Suatu hari aku berbicara dalam guyon, "Seandainya kita bercerai, apa
yang akan kau lakukan?
" Ia menatap padaku selama beberapa detik tanpa bersuara.
Kenyataannya ia percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yang sangat jauh
dari
nya.
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ia akan menghadapi kenyataan jika
tahu bahwa aku serius.
Ketika istriku mengunjungi kantorku, Dew baru saja keluar dari ruanganku.
Hampir seluruh
staff menatap istriku dengan mata penuh simpati dan
berusaha untuk menyembunyikan segala sesuatu selama berbicara dengan ia.
Ia kelihatan sedikit kecurigaan. Ia berusaha tersenyum pada
bawahan-bawahanku. Tapi aku membaca ada kelukaan di matanya.
Sekali lagi, Dew berkata padaku," He Ning, ceraikan ia, O.K.? Lalu
kitaakan hidup bersama." Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak boleh
ragu-ragu lagi. Ketika malam itu istriku menyiapkan makan malam, ku
pegang tangannya,
" Ada sesuatu yang harus kukatakan" Ia duduk diam dan makan
tanpa bersuara.
Sekali lagi aku melihat ada luka dimatanya. Tiba-tiba aku tidak tahu
harus berkata apa.
Tapi ia tahu kalo aku terus berpikir. "Aku ingin bercerai ", ku
ungkapkan topik ini dengan serius tapi tenang.
Ia seperti tidak terpengaruh oleh kata-kataku, tapi ia bertanya secara
lembut, "kenapa?" "Aku serius.
" Aku menghindari pertanyaannya. Jawaban ini membuat ia sangat
marah.
Ia melemparkan sumpit dan berteriak kepadaku,"Kamu bukan laki-
laki!".
Pada malam itu, kami sekali saling membisu. Ia sedang menangis.
Aku tahu kalau ia ingin tahu apa yang telah terjadi dengan perkawinan
kami.
Tapi aku tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan sebab hatiku telah
dibawa pergi oleh Dew.
Dengan perasaan yang amat bersalah,
Aku menuliskan surai perceraian dimana istriku memperoleh rumah, mobil
dan 30% saham dari perusahaanku.
Ia memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa bagian..
Aku merasakan sakit dalam hati. Wanita
yang telah 10 tahun hidup
bersamaku sekarang menjadi seorang yang asing dalam hidupku.
Tapi aku tidak bisa mengembalikan apa yang telah kuucapkan. Akhirnya ia
menangis dengan keras didepanku,
dimana hal
tersebut tidak pernah kulihat sebelumnya. Bagiku, tangisannya
merupakan suatu pembebasan untukku.
Ide perceraian telah menghantuiku dalam beberapa minggu ini dan sekarang
sungguh-sungguh telah terjadi.
Pada larut malam,aku kembali ke rumah setelah menemui klienku. Aku
melihat ia sedang menulis sesuatu.
Karena capek aku segera ketiduran. Ketika aku terbangun tengah malam, aku
melihat ia masih menulis.
Aku tertidur kembali. Ia menuliskan syarat-syarat dari perceraiannya.
Ia tidak menginginkan apapun dariku,tapi aku harus memberikan waktu
sebulan sebelum menceraikannya,
dan dalam waktu sebulan itu kami harus hidup bersama seperti biasanya.
Alasannya sangat sederhana: Anak kami akan segera menyelesaikkan
pendidikannya dan liburannya adalah sebulan lagi
dan ia tidak ingin anak kami melihat kehancuran rumah tangga kami.
Ia
menyerahkan persyar atan tersebut dan bertanya," He Ning, apakah
kamu masih
ingat bagaimana aku memasuki rumah kita ketika pada hari pernikahan
kita?"
Pertanyaan ini tiba-tiba mengembalikan beberapa kenangan indah kepadaku.
Aku mengangguk dan mengiyakan. "Kamu membopongku dilenganmu",
katanya,
"Jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu akan tetap membopongku
pada waktu perceraian kita.
Dari sekarang sampai akhir bulan ini, setiap pagi kamu harus membopongku
keluar dari kamar tidur ke pintu."
Aku menerima dengan senyum. Aku tahu ia merindukan beberapa kenangan indah yang
telah berlalu dan berharap perkawinannya diakhiri dengan suasana romantis.
Aku memberitahukan Dew soal syarat- syarat perceraian dari istriku.
Ia tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya. "Bagaimanapun
trik yang ia lakukan, ia harus menghadapi hasil dari perceraian ini,
" ia mencemooh. Kata-katanya membuatku merasa tidak enak. Istriku
dan aku tidak mengadakan kontak badan lagi sejak kukatakan perceraian itu.
Kami saling menganggap orang asing.
Jadi ketika aku membopongnya dihari pertama, kami kelihatan salah
tingkah.
Anak kami menepuk punggung kami,"Wah, papa membopong mama, mesra
sekali" Kata-katanya membuatku merasa sakit..
Dari kamar tidur ke ruang duduk, lalu ke pintu, aku berjalan 10 meter
dengan ia dalam lenganku.
Ia memejamkan mata dan berkata dengan lembut," Mari kita mulai hari
ini,jangan memberitahukan pada anak kita.
" Aku mengangguk, merasa sedikit bimbang.Aku melepaskan ia di pintu.
Ia pergi menunggu bus,
dan aku pergi ke kantor.
Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Ia merebah di dadaku,
kami begitu dekat sampai-sampai aku bisa mencium wangi dibajunya.
Aku menyadari bahwa aku
telah sangat lama tidak melihat dengan mesra
wanita ini.
Aku melihat bahwa ia tidak muda lagi, beberapa kerut tampak di wajahnya.
Pada hari ketiga, ia berbisik padaku, "Kebun diluar sedang
dibongkar, hati- hati kalau kamu lewat sana ."
Hari keempat,ketika aku membangunkannya, aku merasa kalau kami masih
mesra seperti sepasang suami istri
dan aku masih membopong kekasihku dilenganku. Bayangan Dew menjadi samar.
Pada hari kelima dan enam, ia masih mengingatkan aku beberapa hal,
seperti,
dimana ia telah menyimpan baju-bajuku yang telah ia setrika, aku harus
hati-hati saat memasak,dll.
Aku mengangguk. Perasaan kedekatan terasa semakin
erat. Aku tidak
memberitahu Dew tentang ini.
Aku merasa begitu ringan membopongnya. Berharap setiap hari pergi ke
kantor bisa membuatku semakin kuat.
Aku berkata padanya,"Kelihatann ya tidaklah sulit
membopongmu
sekarang" Ia sedang mencoba pakaiannya,
aku sedang menunggu untuk membopongnya keluar. Ia berusaha mencoba
beberapa tapi tidak bisa
menemukan yang cocok. Lalu ia melihat, "Semua pakaianku
kebesaran".
Aku tersenyum. Tapi tiba-tiba aku menyadarinya sebab ia semakin kurus itu
sebabnya aku bias membopongnya dengan ringan bukan
disebabkan aku semakin kuat. Aku tahu ia mengubur semua kesedihannya
dalam hati.
Sekali lagi, aku merasakan perasaan sakit Tanpa sadar ku sentuh
kepalanya.
Anak kami masuk pada saat tersebut. "Pa,sudah waktunya membopong
mama keluar"
Baginya,melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi
bagian
yang penting.
Ia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya dan merangkulnya dengan
erat.
Aku membalikkan wajah sebab aku takut aku akan berubah pikiran pada detik
terakhir.
Aku
menyanggah ia dilenganku, berjalan dari kamar tidur, melewati ruang
duduk ke teras.
Tangannya memegangku secara lembut dan alami. Aku menyanggah badannya
dengan kuat seperti kami kembali ke hari pernikahan kami.
Tapi ia kelihatan agak pucat dan kurus, membuatk u sedih.
Pada hari terakhir, ketika aku membopongnya dilenganku, aku melangkah
dengan berat.
Anak kami telah kembali ke sekolah. Ia berkata,
"Sesungguhnya aku berharap kamu akan membopongku sampai kita
tua".
Aku memeluknya dengan kuat dan berkata "Antara kita saling tidak
menyadari bahwa kehidupan kita begitu mesra".
Aku melompat turun dari mobil tanpa Sempat menguncinya. Aku
takut
keterlambatan akan membuat pikirankuberubah.
Aku menaiki tangga. Dew membuka pintu. Aku berkata padanya," Maaf
Dew, Aku tidak ingin bercerai.
Aku serius". Ia melihat kepadaku, kaget. Ia menyentuh
dahiku.
"Kamu tidak demam".
Kutepiskan tanganya dari dahiku "Maaf, Dew,Aku Cuma bisa bilang maaf
padamu,
Aku tidak ingin bercerai. Kehidupan rumah tanggaku membosankan disebabkan
ia dan aku tidak bisa merasakan nilai-nilai dari
kehidupan,bukan disebabkan kami tidak saling mencintai lagi.Sekarang aku
mengerti sejak aku membopongnya masuk ke rumahku,
ia telah melahirkan anakku. Aku akan menjaganya sampai tua. Jadi aku
minta maaf padamu" Dew tiba-tiba seperti tersadar.
Ia memberikan tamparan keras kepadaku dan menutup pintu dengan kencang
dan tangisannya meledak.
Aku menuruni tangga dan pergi ke kantor. Dalam perjalanan aku melewati
sebuah toko
bunga, ku pesan sebuah buket bunga
kesayangan istriku.
Penjual bertanya apa yang mesti ia tulis dalam kartu ucapan?
Aku tersenyum, dan menulis " Aku akan membopongmu setiap pagi sampai
kita
tua..."
didepan flat kami yang cuma berkamar satu. Sahabat-sahabatku
menyuruhku
untuk membopongnya begitu keluar dari mobil. Jadi kubopong ia memasuki
rumah
kami. Ia kelihatan malu-malu. Aku adalah seorang pengantin pria yang
sangat bahagia.
Ini adalah kejadian 10 tahun yang lalu.
Hari-hari selanjutnya berlalu demikian simpel seperti secangkir air
bening.
Kami mempunyai seorang anak, saya terjun ke dunia usaha dan berusaha
untuk menghasilkan banyak uang. Begitu kemakmuran meningkat, jalinan
kasih
diantara kami pun semakin surut. Ia adalah pegawai sipil. Setiap pagi
kami
berangkat kerja bersama-sama dan sampai dirumah juga pada waktu yang
bersamaan.
Anak kami sedang belajar di luar negeri. Perkawinan kami
kelihatan
bahagia.
Tapi ketenangan hidup berubah dipengaruhi oleh perubahan yang tidak
kusangka-sangka.
Dew hadir dalam kehidupanku.
Waktu itu adalah hari yang cerah.
Aku berdiri di balkon dengan Dew yang
sedang merangkulku. Hatiku sekali lagi terbenam dalam aliran cintanya.
Ini adalah apartment yang kubelikan untuknya. Dew berkata ,
"Kamu adalah jenis pria terbaik yang menarik para gadis.
" Kata-katanya tiba-tiba mengingatkanku pada istriku. Ketika kami
baru menikah,istriku pernah berkata,
"Pria sepertimu,begitusuk ses, akan menjadi sangat menarik bagi para
gadis."
Berpikir tentang ini, Aku menjadi ragu- ragu. Aku tahu kalo aku telah
menghianati istriku.
Tapi aku tidak sanggup menghentikannya. Aku melepaskan tangan Dew dan
berka ta,
"Kamu harus pergi membeli beberapa perabot, O.K.?.Aku ada sedikit
urusan
dikantor
" Kelihatan ia jadi tidak senang karena aku telah berjanji
menemaninya.
Pada saat tersebut, ide perceraian menjadi semakin jelas dipikiranku
walaupun
kelihatan tidak mungkin.
Bagaimanapun, aku merasa sangat sulit untuk
membicarakan hal ini pada istriku. Walau bagaimanapun ku jelaskan,
ia pasti akan sangat terluka. Sejujurnya,ia adalah seorang istri yang
baik.
Setiap malam ia sibuk menyiapkan makan malam. Aku duduk santai didepan
TV.
Makan malam segera tersedia. Lalu kami akan menonton TV sama-sama. Atau
aku
akan menghidupkan komputer,membayangkan tubuh Dew. Ini adalah hiburan
bagiku.
Suatu hari aku berbicara dalam guyon, "Seandainya kita bercerai, apa
yang akan kau lakukan?
" Ia menatap padaku selama beberapa detik tanpa bersuara.
Kenyataannya ia percaya bahwa perceraian adalah sesuatu yang sangat jauh
dari
nya.
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana ia akan menghadapi kenyataan jika
tahu bahwa aku serius.
Ketika istriku mengunjungi kantorku, Dew baru saja keluar dari ruanganku.
Hampir seluruh
staff menatap istriku dengan mata penuh simpati dan
berusaha untuk menyembunyikan segala sesuatu selama berbicara dengan ia.
Ia kelihatan sedikit kecurigaan. Ia berusaha tersenyum pada
bawahan-bawahanku. Tapi aku membaca ada kelukaan di matanya.
Sekali lagi, Dew berkata padaku," He Ning, ceraikan ia, O.K.? Lalu
kitaakan hidup bersama." Aku mengangguk. Aku tahu aku tidak boleh
ragu-ragu lagi. Ketika malam itu istriku menyiapkan makan malam, ku
pegang tangannya,
" Ada sesuatu yang harus kukatakan" Ia duduk diam dan makan
tanpa bersuara.
Sekali lagi aku melihat ada luka dimatanya. Tiba-tiba aku tidak tahu
harus berkata apa.
Tapi ia tahu kalo aku terus berpikir. "Aku ingin bercerai ", ku
ungkapkan topik ini dengan serius tapi tenang.
Ia seperti tidak terpengaruh oleh kata-kataku, tapi ia bertanya secara
lembut, "kenapa?" "Aku serius.
" Aku menghindari pertanyaannya. Jawaban ini membuat ia sangat
marah.
Ia melemparkan sumpit dan berteriak kepadaku,"Kamu bukan laki-
laki!".
Pada malam itu, kami sekali saling membisu. Ia sedang menangis.
Aku tahu kalau ia ingin tahu apa yang telah terjadi dengan perkawinan
kami.
Tapi aku tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan sebab hatiku telah
dibawa pergi oleh Dew.
Dengan perasaan yang amat bersalah,
Aku menuliskan surai perceraian dimana istriku memperoleh rumah, mobil
dan 30% saham dari perusahaanku.
Ia memandangnya sekilas dan mengoyaknya jadi beberapa bagian..
Aku merasakan sakit dalam hati. Wanita
yang telah 10 tahun hidup
bersamaku sekarang menjadi seorang yang asing dalam hidupku.
Tapi aku tidak bisa mengembalikan apa yang telah kuucapkan. Akhirnya ia
menangis dengan keras didepanku,
dimana hal
tersebut tidak pernah kulihat sebelumnya. Bagiku, tangisannya
merupakan suatu pembebasan untukku.
Ide perceraian telah menghantuiku dalam beberapa minggu ini dan sekarang
sungguh-sungguh telah terjadi.
Pada larut malam,aku kembali ke rumah setelah menemui klienku. Aku
melihat ia sedang menulis sesuatu.
Karena capek aku segera ketiduran. Ketika aku terbangun tengah malam, aku
melihat ia masih menulis.
Aku tertidur kembali. Ia menuliskan syarat-syarat dari perceraiannya.
Ia tidak menginginkan apapun dariku,tapi aku harus memberikan waktu
sebulan sebelum menceraikannya,
dan dalam waktu sebulan itu kami harus hidup bersama seperti biasanya.
Alasannya sangat sederhana: Anak kami akan segera menyelesaikkan
pendidikannya dan liburannya adalah sebulan lagi
dan ia tidak ingin anak kami melihat kehancuran rumah tangga kami.
Ia
menyerahkan persyar atan tersebut dan bertanya," He Ning, apakah
kamu masih
ingat bagaimana aku memasuki rumah kita ketika pada hari pernikahan
kita?"
Pertanyaan ini tiba-tiba mengembalikan beberapa kenangan indah kepadaku.
Aku mengangguk dan mengiyakan. "Kamu membopongku dilenganmu",
katanya,
"Jadi aku punya sebuah permintaan, yaitu kamu akan tetap membopongku
pada waktu perceraian kita.
Dari sekarang sampai akhir bulan ini, setiap pagi kamu harus membopongku
keluar dari kamar tidur ke pintu."
Aku menerima dengan senyum. Aku tahu ia merindukan beberapa kenangan indah yang
telah berlalu dan berharap perkawinannya diakhiri dengan suasana romantis.
Aku memberitahukan Dew soal syarat- syarat perceraian dari istriku.
Ia tertawa keras dan berpikir itu tidak ada gunanya. "Bagaimanapun
trik yang ia lakukan, ia harus menghadapi hasil dari perceraian ini,
" ia mencemooh. Kata-katanya membuatku merasa tidak enak. Istriku
dan aku tidak mengadakan kontak badan lagi sejak kukatakan perceraian itu.
Kami saling menganggap orang asing.
Jadi ketika aku membopongnya dihari pertama, kami kelihatan salah
tingkah.
Anak kami menepuk punggung kami,"Wah, papa membopong mama, mesra
sekali" Kata-katanya membuatku merasa sakit..
Dari kamar tidur ke ruang duduk, lalu ke pintu, aku berjalan 10 meter
dengan ia dalam lenganku.
Ia memejamkan mata dan berkata dengan lembut," Mari kita mulai hari
ini,jangan memberitahukan pada anak kita.
" Aku mengangguk, merasa sedikit bimbang.Aku melepaskan ia di pintu.
Ia pergi menunggu bus,
dan aku pergi ke kantor.
Pada hari kedua, bagi kami terasa lebih mudah. Ia merebah di dadaku,
kami begitu dekat sampai-sampai aku bisa mencium wangi dibajunya.
Aku menyadari bahwa aku
telah sangat lama tidak melihat dengan mesra
wanita ini.
Aku melihat bahwa ia tidak muda lagi, beberapa kerut tampak di wajahnya.
Pada hari ketiga, ia berbisik padaku, "Kebun diluar sedang
dibongkar, hati- hati kalau kamu lewat sana ."
Hari keempat,ketika aku membangunkannya, aku merasa kalau kami masih
mesra seperti sepasang suami istri
dan aku masih membopong kekasihku dilenganku. Bayangan Dew menjadi samar.
Pada hari kelima dan enam, ia masih mengingatkan aku beberapa hal,
seperti,
dimana ia telah menyimpan baju-bajuku yang telah ia setrika, aku harus
hati-hati saat memasak,dll.
Aku mengangguk. Perasaan kedekatan terasa semakin
erat. Aku tidak
memberitahu Dew tentang ini.
Aku merasa begitu ringan membopongnya. Berharap setiap hari pergi ke
kantor bisa membuatku semakin kuat.
Aku berkata padanya,"Kelihatann ya tidaklah sulit
membopongmu
sekarang" Ia sedang mencoba pakaiannya,
aku sedang menunggu untuk membopongnya keluar. Ia berusaha mencoba
beberapa tapi tidak bisa
menemukan yang cocok. Lalu ia melihat, "Semua pakaianku
kebesaran".
Aku tersenyum. Tapi tiba-tiba aku menyadarinya sebab ia semakin kurus itu
sebabnya aku bias membopongnya dengan ringan bukan
disebabkan aku semakin kuat. Aku tahu ia mengubur semua kesedihannya
dalam hati.
Sekali lagi, aku merasakan perasaan sakit Tanpa sadar ku sentuh
kepalanya.
Anak kami masuk pada saat tersebut. "Pa,sudah waktunya membopong
mama keluar"
Baginya,melihat papanya sedang membopong mamanya keluar menjadi
bagian
yang penting.
Ia memberikan isyarat agar anak kami mendekatinya dan merangkulnya dengan
erat.
Aku membalikkan wajah sebab aku takut aku akan berubah pikiran pada detik
terakhir.
Aku
menyanggah ia dilenganku, berjalan dari kamar tidur, melewati ruang
duduk ke teras.
Tangannya memegangku secara lembut dan alami. Aku menyanggah badannya
dengan kuat seperti kami kembali ke hari pernikahan kami.
Tapi ia kelihatan agak pucat dan kurus, membuatk u sedih.
Pada hari terakhir, ketika aku membopongnya dilenganku, aku melangkah
dengan berat.
Anak kami telah kembali ke sekolah. Ia berkata,
"Sesungguhnya aku berharap kamu akan membopongku sampai kita
tua".
Aku memeluknya dengan kuat dan berkata "Antara kita saling tidak
menyadari bahwa kehidupan kita begitu mesra".
Aku melompat turun dari mobil tanpa Sempat menguncinya. Aku
takut
keterlambatan akan membuat pikirankuberubah.
Aku menaiki tangga. Dew membuka pintu. Aku berkata padanya," Maaf
Dew, Aku tidak ingin bercerai.
Aku serius". Ia melihat kepadaku, kaget. Ia menyentuh
dahiku.
"Kamu tidak demam".
Kutepiskan tanganya dari dahiku "Maaf, Dew,Aku Cuma bisa bilang maaf
padamu,
Aku tidak ingin bercerai. Kehidupan rumah tanggaku membosankan disebabkan
ia dan aku tidak bisa merasakan nilai-nilai dari
kehidupan,bukan disebabkan kami tidak saling mencintai lagi.Sekarang aku
mengerti sejak aku membopongnya masuk ke rumahku,
ia telah melahirkan anakku. Aku akan menjaganya sampai tua. Jadi aku
minta maaf padamu" Dew tiba-tiba seperti tersadar.
Ia memberikan tamparan keras kepadaku dan menutup pintu dengan kencang
dan tangisannya meledak.
Aku menuruni tangga dan pergi ke kantor. Dalam perjalanan aku melewati
sebuah toko
bunga, ku pesan sebuah buket bunga
kesayangan istriku.
Penjual bertanya apa yang mesti ia tulis dalam kartu ucapan?
Aku tersenyum, dan menulis " Aku akan membopongmu setiap pagi sampai
kita
tua..."