Indeks
Lebih aman mana sedan yang lincah dengan pengereman pakem dibandingkan SUV yang tinggi besar tapi potensial terguling? Simak dulu data-data statistik sebelum menentukan pilihan.
Bila mendasarkan diri pada angka-angka statistik, jawabannya SUV. Di USA berdasarkan data Highway Loss Data Institute (HLDI), SUV raksasa (curb weight lebih dari 2 ton) mempunyai tingkat kematian paling rendah dibandingkan jenis mobil lain.
Menurut data itu, SUV besar seperti Ford Expedition dan Chevrolet Suburban mempunyai tingkat kematian 90 penumpang tewas dalam setiap 1 juta unit. Sebaliknya sedan mini seperti Chevy Metro dan Ford Aspire rata-rata 300 kematian tiap 1 juta unit. Midsize SUV seperti Jeep Grand Cherokee dan Ford Explorer mempunyai rasio tewas per 1 juta unit sebanyak 136 orang. Sementara midsize sedan rata-rata 201 orang.
Dari data itu jelas terlihat SUV lebih aman daripada sedan. Lihat saja angka secara keseluruhan, 151 untuk SUV dan 168 untuk sedan. Tapi harus diingat, ini data statistika yang dapat berubah setiap saat.
Jadi sulit untuk memastikan SUV mampu memberikan perlindungan sempurna. SUV punya kekurangan, seperti jarak pengeremannya tidak sependek sedan (rem sedan lebih pakem), kelincahannya juga kalah, lebih-lebih dalam kondisi emergency.
Yang lebih penting, penyakit kronis SUV adalah lebih mudah terguling. Inilah yang menyebabkan SUV dijuluki ‘truk pembunuh’. Karena sebagian besar kematian penumpang SUV, disebabkan kendaraanya terguling.
Data statistik menunjukkan SUV kompak (bobot kurang dari 1.3 ton) seperti Chevrolet Tracker punya kecenderungan terguling lebih besar dari SUV raksasa. Ini mungkin dapat dijelaskan dari karakter penggunanya. SUV kompak biasanya digunakan anak-anak muda yang kurang pengalaman dan mengemudikannya seperti sport car. Sebaliknya SUV besar banyak dipilih pembeli dewasa yang cenderung memperhatikan keselamatan.
Lalu apa jadinya bila SUV membentur sedan? Bila ini terjadi, menurut statisik, penumpang sedan mempunyai kemungkinan empat kali lebih besar untuk tewas dibandingkan penumpang SUV. Bila sedan dibentur dari samping, potensi tewas mencapai 27:1. Ini data NHTSA. Side impact jauh lebih mematikan.
Kini pakar otomotif mencurahkan perhatian untuk memperbaiki tingkat keselamatan penumpang pada benturan samping. Mengelola benturan samping berbeda dengan tumbukan dari depan atau belakang. Sisi samping tidak memiliki crumple zone yang dapat menyerap energi benturan. Tidak ada balok logam seperti mesin, yang dapat menahan serbuan mobil lain. Yang ada hanya daun pintu.
Faktor –faktor apa yang menyebabkan SUV begitu mudah melumat sedan. Secara fisik, berat memang memberikan efek yang besar saat terjadi benturan. Demikian pula ketegaran dan geometris mobil.
Secara geometris, SUV umumnya lebih tinggi dengan overhang lebih panjang (bagian mobil dari gardan ke bumper). Bila SUV menabrak sisi samping sedan, besar kemungkinan overhang langsung nyelonong ke kompartemen penumpang yang seringkali berakhir dengan kematian penumpang sedan. Lebih gawat lagi, kalau sasis SUV menerobos masuk, seperti menusuk tubuh sedan (ini sering disebut ‘fork effect’).
Meskipun ada desakan untuk membuat SUV lebih ringan, lebih rendah, dan menggunakan sasis sedan ; namun kalangan otomotif menolaknya. Mereka berkilah, keselamatan penumpang SUV yang diproduksinya adalah prioritas utama. Tidak mungkin menurunkan standar itu semata-mata untuk menyelamatkan seseorang di sedan lain, yang mungkin ditabraknya.
Kesimpulannya, handling SUV memang lebih buruk dari sedan. SUV juga lebih mudah terguling. Tapi ukurannya yang besar, membantu memberikan perlindungan tambahan pada saat kecelakaan.
Bila mendasarkan diri pada angka-angka statistik, jawabannya SUV. Di USA berdasarkan data Highway Loss Data Institute (HLDI), SUV raksasa (curb weight lebih dari 2 ton) mempunyai tingkat kematian paling rendah dibandingkan jenis mobil lain.
Menurut data itu, SUV besar seperti Ford Expedition dan Chevrolet Suburban mempunyai tingkat kematian 90 penumpang tewas dalam setiap 1 juta unit. Sebaliknya sedan mini seperti Chevy Metro dan Ford Aspire rata-rata 300 kematian tiap 1 juta unit. Midsize SUV seperti Jeep Grand Cherokee dan Ford Explorer mempunyai rasio tewas per 1 juta unit sebanyak 136 orang. Sementara midsize sedan rata-rata 201 orang.
Dari data itu jelas terlihat SUV lebih aman daripada sedan. Lihat saja angka secara keseluruhan, 151 untuk SUV dan 168 untuk sedan. Tapi harus diingat, ini data statistika yang dapat berubah setiap saat.
Jadi sulit untuk memastikan SUV mampu memberikan perlindungan sempurna. SUV punya kekurangan, seperti jarak pengeremannya tidak sependek sedan (rem sedan lebih pakem), kelincahannya juga kalah, lebih-lebih dalam kondisi emergency.
Yang lebih penting, penyakit kronis SUV adalah lebih mudah terguling. Inilah yang menyebabkan SUV dijuluki ‘truk pembunuh’. Karena sebagian besar kematian penumpang SUV, disebabkan kendaraanya terguling.
Data statistik menunjukkan SUV kompak (bobot kurang dari 1.3 ton) seperti Chevrolet Tracker punya kecenderungan terguling lebih besar dari SUV raksasa. Ini mungkin dapat dijelaskan dari karakter penggunanya. SUV kompak biasanya digunakan anak-anak muda yang kurang pengalaman dan mengemudikannya seperti sport car. Sebaliknya SUV besar banyak dipilih pembeli dewasa yang cenderung memperhatikan keselamatan.
Lalu apa jadinya bila SUV membentur sedan? Bila ini terjadi, menurut statisik, penumpang sedan mempunyai kemungkinan empat kali lebih besar untuk tewas dibandingkan penumpang SUV. Bila sedan dibentur dari samping, potensi tewas mencapai 27:1. Ini data NHTSA. Side impact jauh lebih mematikan.
Kini pakar otomotif mencurahkan perhatian untuk memperbaiki tingkat keselamatan penumpang pada benturan samping. Mengelola benturan samping berbeda dengan tumbukan dari depan atau belakang. Sisi samping tidak memiliki crumple zone yang dapat menyerap energi benturan. Tidak ada balok logam seperti mesin, yang dapat menahan serbuan mobil lain. Yang ada hanya daun pintu.
Faktor –faktor apa yang menyebabkan SUV begitu mudah melumat sedan. Secara fisik, berat memang memberikan efek yang besar saat terjadi benturan. Demikian pula ketegaran dan geometris mobil.
Secara geometris, SUV umumnya lebih tinggi dengan overhang lebih panjang (bagian mobil dari gardan ke bumper). Bila SUV menabrak sisi samping sedan, besar kemungkinan overhang langsung nyelonong ke kompartemen penumpang yang seringkali berakhir dengan kematian penumpang sedan. Lebih gawat lagi, kalau sasis SUV menerobos masuk, seperti menusuk tubuh sedan (ini sering disebut ‘fork effect’).
Meskipun ada desakan untuk membuat SUV lebih ringan, lebih rendah, dan menggunakan sasis sedan ; namun kalangan otomotif menolaknya. Mereka berkilah, keselamatan penumpang SUV yang diproduksinya adalah prioritas utama. Tidak mungkin menurunkan standar itu semata-mata untuk menyelamatkan seseorang di sedan lain, yang mungkin ditabraknya.
Kesimpulannya, handling SUV memang lebih buruk dari sedan. SUV juga lebih mudah terguling. Tapi ukurannya yang besar, membantu memberikan perlindungan tambahan pada saat kecelakaan.
