Ini cerita semasa Aceh dilanda konplik tujuh tahun silam. Hasan, seorang anggota GAM yang ditahan di LP Nusa Kambangan menerima sepucuk surat dari sang ayah dari kampungnya di Aceh. Namun sebelum surat itu sampai ketangan Hasan ternyata telah diseleksi lebih dahulu oleh petugas LP. Setelah diterima, Hasan pun membaca isi surat itu. Isinya antara lain : "Hasan, sudah genap setahun engkau berada di tahanan. Ayah, bunda, kakak dan adikmu sangat rindua. Ayah juga tak tahu harus bagaimana untuk mengerjai ladang kita yang ada di samping rumah itu. padahal ini sudah musim tanam jagung. biasanya kamu yang membantu ayah menyangkol" demikian antara lain isi surat ayah Hasan.
Meski sedih, Hasan berusaha tegar dan membalas surat tersebut. "Ayah, jangan kalian bersedih, biarlah ini aku tanggung karena suatu saat pasti akan berakhir. Mengenai kebun yang disamping rumah itu, Hasan mohon jangan lagi ayah garap, jangan dicangkul karena di bawahnya ada banyak senjata dan amunisi Hasan tanam" begitulah kira-kira isi surat yang dikirim Hasan. Sepert biasa, sebelum surat tersebut dikirim harus diperiksa oleh petugas LP. Mengetahui adanya lokasi persembunyian senjata dan amunisi, petugas langsung melaporkan kepada pihak berwenang.
singkat cerita, diturunkanlah satu kompi tentara untuk melacak lokasi persembunyian senjata tersebut. Aparat dengan berbagai perlengkapan menuju rumah Hasan dan mengobrak-abrik tanah kebun hingga tak tersisa semua dikorek dengan cangkul. Namun senjata yang dicari tidak ada sehingga merekapun pulang dengan tangan kosong.
Kejadian ini membuat keluarga Hasan takut kendatipun tidak kekerasan yang dilakukan kepada mereka. Lantas, ayah Hasan kembali mengirim surat yang intinya melaporkan adanya tentara yang menyangkulin tanah kebun di samping rumah mereka. Hasan pun kembali membalas, dan menjawab bahwa Ayahnya tak perlu repot untuk MENYANGKUL kebun menunggu Hasan pulang karena telah dibantu oleh satu kompi tentara yang diutus Hasan dari Jakarta. Seperti biasa, saat surat Hasan dicek, petugas pun... merasa dikacangin namun tak mampu berbuat apa-apa..... Guling Guling Guling Guling Guling Guling Guling Guling Guling Guling
Meski sedih, Hasan berusaha tegar dan membalas surat tersebut. "Ayah, jangan kalian bersedih, biarlah ini aku tanggung karena suatu saat pasti akan berakhir. Mengenai kebun yang disamping rumah itu, Hasan mohon jangan lagi ayah garap, jangan dicangkul karena di bawahnya ada banyak senjata dan amunisi Hasan tanam" begitulah kira-kira isi surat yang dikirim Hasan. Sepert biasa, sebelum surat tersebut dikirim harus diperiksa oleh petugas LP. Mengetahui adanya lokasi persembunyian senjata dan amunisi, petugas langsung melaporkan kepada pihak berwenang.
singkat cerita, diturunkanlah satu kompi tentara untuk melacak lokasi persembunyian senjata tersebut. Aparat dengan berbagai perlengkapan menuju rumah Hasan dan mengobrak-abrik tanah kebun hingga tak tersisa semua dikorek dengan cangkul. Namun senjata yang dicari tidak ada sehingga merekapun pulang dengan tangan kosong.
Kejadian ini membuat keluarga Hasan takut kendatipun tidak kekerasan yang dilakukan kepada mereka. Lantas, ayah Hasan kembali mengirim surat yang intinya melaporkan adanya tentara yang menyangkulin tanah kebun di samping rumah mereka. Hasan pun kembali membalas, dan menjawab bahwa Ayahnya tak perlu repot untuk MENYANGKUL kebun menunggu Hasan pulang karena telah dibantu oleh satu kompi tentara yang diutus Hasan dari Jakarta. Seperti biasa, saat surat Hasan dicek, petugas pun... merasa dikacangin namun tak mampu berbuat apa-apa..... Guling Guling Guling Guling Guling Guling Guling Guling Guling Guling