Sebuah ponsel dapat menyelamatkan nyawa dan menyediakan layanan kesehatan ke segenap penjuru dunia. Walhasil, mengantongi ponsel di saku seolah memiliki 'dokter' pribadi.
Para tenaga medis dapat memanfaatkan ponsel untuk menyampaikan informasi kesehatan ke pasien atau mengumumkan mewabahnya suatu penyakit.
Seperti dikutip detikINET dari AFP, Jumat (20/2/2009), Yayasan Rockefeller, Yayasan PBB dan Yayasan Vodafone membentuk kerjasama Mobile Health (mHealth) Alliance untuk meningkatkan penggunaan teknologi mobile di dunia kesehatan.
Selain itu PBB dan Vodafone juga merilis sebuah penelitian bertajuk “mHealth for Development: The Opportunity of Mobile Technology for Healthcare in the Developing World," yang mencakup 51 program di 26 negara.
Salah satu implementasinya adalah di Uganda. Di negara ini, sekitar 1500 warga pelanggan jaringan Celtel diminta menjawab kuis tentang HIV/AIDS. Pelanggan yang bisa menjawab kuis akan gratis airtime dan jika jawabannya salah, akan diberitahu jawaban yang benar. Di akhir kuis, pelanggan diimbau untuk melakukan tes kesehatan atau mengikuti penyuluhan di layanan kesehatan setempat.
Dilaporkan bahwa jumlah orang yang memeriksakan kesehatan di pusat kesehatan meningkat, dari 1.000 menjadi 1.400 dalam tempo enam minggu.
Peran ponsel sebagai 'dokter' juga dirasakan di wilayah Amazon, Brazil. Ponsel menyebarkan informasi tentang mewabahnya demam berdarah.
Sementara itu di Meksiko, diluncurkan layanan MedicalHome, di mana orang dapat menelepon atau berkirim sms untuk bertanya seputar masalah kesehatan.
Peneliti juga terus berusaha mengembangkan peranan ponsel di dunia kesehatan. Misalnya, mengukur tingkat gula darah pada penderita diabetes dengan suatu alat yang terhubung ke ponsel, kemudian data tersebut dikirim ke dokter.
Aplikasi lain misalnya digunakan untuk memantau kesehatan jantung atau penyakit Alzheimer.
Para tenaga medis dapat memanfaatkan ponsel untuk menyampaikan informasi kesehatan ke pasien atau mengumumkan mewabahnya suatu penyakit.
Seperti dikutip detikINET dari AFP, Jumat (20/2/2009), Yayasan Rockefeller, Yayasan PBB dan Yayasan Vodafone membentuk kerjasama Mobile Health (mHealth) Alliance untuk meningkatkan penggunaan teknologi mobile di dunia kesehatan.
Selain itu PBB dan Vodafone juga merilis sebuah penelitian bertajuk “mHealth for Development: The Opportunity of Mobile Technology for Healthcare in the Developing World," yang mencakup 51 program di 26 negara.
Salah satu implementasinya adalah di Uganda. Di negara ini, sekitar 1500 warga pelanggan jaringan Celtel diminta menjawab kuis tentang HIV/AIDS. Pelanggan yang bisa menjawab kuis akan gratis airtime dan jika jawabannya salah, akan diberitahu jawaban yang benar. Di akhir kuis, pelanggan diimbau untuk melakukan tes kesehatan atau mengikuti penyuluhan di layanan kesehatan setempat.
Dilaporkan bahwa jumlah orang yang memeriksakan kesehatan di pusat kesehatan meningkat, dari 1.000 menjadi 1.400 dalam tempo enam minggu.
Peran ponsel sebagai 'dokter' juga dirasakan di wilayah Amazon, Brazil. Ponsel menyebarkan informasi tentang mewabahnya demam berdarah.
Sementara itu di Meksiko, diluncurkan layanan MedicalHome, di mana orang dapat menelepon atau berkirim sms untuk bertanya seputar masalah kesehatan.
Peneliti juga terus berusaha mengembangkan peranan ponsel di dunia kesehatan. Misalnya, mengukur tingkat gula darah pada penderita diabetes dengan suatu alat yang terhubung ke ponsel, kemudian data tersebut dikirim ke dokter.
Aplikasi lain misalnya digunakan untuk memantau kesehatan jantung atau penyakit Alzheimer.